MEMBAKAR JARI  KARENA  TAKUT  KEPADA  ALLAH

MEMBAKAR JARI  KARENA  TAKUT  KEPADA  ALLAH

Dalam  sebuah  perjalanan  riset,  beberapa  orang  siswi  dan  guru  pergi  ke  sebuah  perkampungan untuk  menyaksikan  tempat-tempat  peninggalan  sejarah.  Ketika  bis  telah  sampai, lokasi  tempat bersejarah  itu  seperti  tempat  yang  terisolasi,  terasing  dan  penduduknya  sedikit.  Maka  para para  guru  pun  turun,  mereka  mulai  menyaksikan berbagai  peninggalan  sejarah siswi dan  menulis  apa  yang mereka lihat.
Pada  awalnya,  mereka  berkumpul  untuk  menyaksikan  peninggalan  sejarah  tersebut,  namun beberapa  saat  kemudian  mereka  berpencar,  setiap  mereka  mulai  memilih  satu  lokasi  yang  mereka kagumi  kemudian  mereka  memperhatikannya.  Ada  seorang  siswi  yang  serius  menulis tentang peninggalan  sejarah  tersebut.  Ia  pergi  jauh  meninggalkan  tempat  perkumpulan  para  siswi.  Setelah beberapa  saat,  para  siswa  dan para  guru  naik  ke  bis. Sialnya,  guru  pengawas  menyangka  bahwa  semua  siswi  telah  naik  ke  bis,  padahal  ada  seorang siswi  yang  masih  berada  di  sana.  Mereka  pergi  meninggalkannya. 

Setelah  lama  berselang,  siswi  malang itu  pun  kembali,  ia  lihat  tempat  berkumpul  telah  kosong,  tidak  ada  seorang  pun  kecuali  dirinya,  ia memanggil  dengan  suara  keras,  akan  tetapi  tidak  ada  yang  menyahut.  Maka  ia  putuskan  untuk  berjalan kaki  agar  sampai  ke  perkampungan  yang dekat  dari  lokasi  peninggalan  sejarah,  semoga  saja  ia menemukan sarana  transportasi  untuk  kembali  ke  kota  asalnya. Setelah lama  berjalan,  ia  menangis,  ia  melihat sebuah  pondok  kecil  terasing.  Ia  mengetuk  pintu, tiba-tiba  ada  seorang  pemuda  berusia  dua  puluhan  tahun  membukakan  pintu  sambil  berkata keheranan, "Kamu  siapa?"  siswi  itu  menjawab,  "Saya  siswi,  saya  datang  ke  sini  bersama  guru  dan temanteman  saya,  akan  tetapi  mereka  telah  meninggalkan  saya  sendirian.  Saya  tidak  tahu  jalan  pulang." Pemuda  itu  berkata,  "Kamu  berada  di  lokasi  terisolasi.  Perkampungan yang  menjadi  tujuanmu berada  di  arah  selatan,  akan  tetapi  engkau  berada  di  daerah  utara.  Di  sini  tidak  ada  seorang  pun."  Laki-laki  itu  mempersilahkan  masuk.  Siswi  itu  menginap  hingga  pagi  hari  agar  cukup  waktu  untuk mendapatkan  sarana  transportasi  menuju  kota  tempat  tinggalnya. Laki-laki  itu  meminta  agar  siswi tidur diatas kasurnya sedangkan laki-laki itu tidur dilantai disudut kamar.

laki-laki itu  mengambil  tirai,  kemudian  ia  gantungkan  di  atas  tali  sebagai  pemisah  antara  tempat tidur  dan  sisa  ruangan.  Siswi itu  berbaring,  ia  takut,  ia  menutupi  dirinya  hingga  tidak  ada  bagian tubuhnya  yang  terbuka  selain  kedua  matanya,  ia  tetap  mengawasi  pemuda  itu.  Sementara  pemuda  itu duduk  di  sudut  kamar,  di  tangannya  ada  buku,  tiba-tiba  ia  menutup  buku  dan  memandang  lilin berada  di depannya,  setelah  itu  ia  letakan  ibu  jarinya  di  atas  lilin  kirayang kira  lima  menit,  api  lilin membakarnya.  Hal  yang  sama  ia  lakukan pada  semua  jari  jemarinya. Siswi  itu  terus  mengamatinya,  ia  menangis  dalam  diam  karena  khawatir  jangan-jangan  pemuda itu  gila  dan  sedang  melaksanakan  ritual  keagamaan  tertentu.  Mereka  berdua  tidak  tidur  hingga  pagi hati.  Kemudian  pemuda  itu  mengantarkan  siswi  tersebut  ke  kotanya.  Kemudian  siswi  itu menceritakan  apa  yang  terjadi  kepada  kedua  orangtuanya,  akan  tetapi orangtua  siswi  itu  tidak  percaya kisah  tersebut,  apalagi  putrinya  sakit  karena  ketakutan  yang  telah  ia  alami. 

Orangtua  siswi  itu  pergi menemui  pemuda  itu  sebagai  seorang  musafir,  ia  meminta  agar  pemuda  itu  menunjukkan  jalan. Orangtua  siswi  itu  menyaksikan sendiri  tangan  pemuda  itu  ketika  mereka  berdua  berjalan  berdekatan. Orangtua  siswi  itu  bertanya  tentang  penyebabnya.  Pemuda  itu  menjawab,  "Dua  malam  yang lalu  ada  seorang  gadis  cantik  datang  kepada  saya,  ia  tidur  bersama  saya.  Setan  berbisik  kepada  saya. Saya  khawatir  jika  saya  melakukan  perbuatan  yang  tidak  diinginkan.  Maka  saya  putuskan  untuk membakar  jari  jemari  saya  satu  persatu  agar  syahwat  setan  ikut  terbakar  bersamanya  sebelum  iblis membuat  tipu  daya  kepada  saya.  Pemikiran  untuk  mencelakai  gadis  itu lebih  menyakiti  saya  daripada terbakar  api." Orangtua  siswi  itu  mengagumi  pemuda  itu.  Ia  meminta  agar  pemuda  itu  sudi  datang  ke rumahnya.  Ia  putuskan  untuk  menikahkannya  dengan  putrinya.  Pemuda  itu  tidak  mengetahui  bahwa perempuan  itu  adalah  siswi  yang  te rsesat  tersebut.  Sebagai  ganti  dart  satu  malam  yang  haram,  maka ia  memperoleh kemenangan mendapatkan yang  halal  untuk  seumur  hidup.

Sumber : Syekh Muhammad Al - Mishri,Semua ada Saatnya, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar 2011

Komentar

Postingan Populer